MITRAPOL.com - Kemarin siang negeri kita dan dunia internasional digemparkan oleh berita ; IG Ketua Senator (DPD) ditangkap KPK dalam suatu OTT.
Susno Duadji saat acara Diskusi Nasional. |
Mengapa Indonesia dan dunia gempar ? Karena IG menempati posisi yang sangat terhormat di negeri ini Ketua DPD tiga priode, dan selalu berkomentar keras untuk serius memberantas korupsi, dan lebih aneh lagi bahwa kalau memang benar keterkaitannya adalah dengan perkara ijin import gula , bagaimana mungkin di sebuah negeri yang sedang perihatin karena semua komuditas pertanian serba import, dan juga apa kaitan nya dengan IG yang bidang tugas dan tanggung jawabnya jauh dengan urusan gula, jauh dengan urusan import.
Tapi ya itulah Indonesia, publik menunggu berita selanjutnya untuk mengetahui bagaimana informasi yang sebenarnya.
Berikut petikan wawancara khusus Mitrapol.com, Sabtu (18/9/2016) dengan Komjen (Purn) Susno Duadji, selaku Datuk Patani Sumatera Selatan, Ketua Umum TP Sriwijaya, dan Penasehat Syarikat Dagang-Syarikat Islam yang sekarang ini giat di bidang pertanian, baik selaku petani maupun penulis dan mengikuti berbagai orasi serta Seminar di bidang pertanian.
Apakah anda sangat serius menyuarakan bidang pertanian di mana setiap kesempatan bapak menyuarakan agar import di stop, dan apa komentar bapak tentang IG yang tertangkap dalam OTT oleh KPK yang konon kabarnya ada kaitan dengan perijinan import gula ?
Saya tau khabar itu melalui media online, TV dan medsos, tanggapan saya adalah ; Pertama sekali lagi kalau atau jika berita itu benar maka sungguh sangat memperihatinkan dan memalukan, koq pejabat setinggi itu dan pada posisi sangat terhormat koq ngurusi import gula yang bukan menjadi tugas dan tanggung jawabnya, apa ya !. Kedua kalau berita itu benar maka saya menjadi lega karena apa yang selama ini selalu saya "teriakan" baik di medsos maupun media masa, dan pada forum Seminar, orasi, dan lain lain bahwa Import komuditas pertanian harus distop, sekarang juga, kalau tidak distop akan membahayakan kemerdekaan pertanian kita, atau ada apa-apa nya!. Eh, ternyata ada "apa-apa" nya koq mulai terbukti.
Mengapa bapak selalu menyuarakan dengan keras agar import komuditas pertanian distop?
Loh, anda tau kan negeri kita ini adalah negara agraris yang amat luas, sangat subur, apapun ditanam tumbuh, punya ahli pertanian sangat banyak, pinter lagi, tapi koq serba import, lihat statistik kita pada tahun 2015 Indonesia import ; Beras : 1,5 Juta Ton, Singkong juga import, Jagung 2,3 Juta Ton, Kedelai ; 2,26 Juta Ton, Gula : 2,64 Juta Ton , dan tahun 2016 gula ditargetkan akan import 3.22 Juta Ton tambah banyak lagi, Buah : 502,3 Ribu Ton, Daging : 80.000 Ton, Garam : 95.263 Ton.
“Sangat prihatin karena kita sudah 71 tahun merdeka koq importnya tambah banyak, koq mengatasi masalah kekurangan bukan dengan cara meningkatkan produksi dan meningkatkan kwalitas, malah pilihn jalan import. Bukankah lahan kita di luar Pulau Jawa masih sangat luas,”
Saya katakan import itu seperti tak ubahnya kayak "narkoba" bikin kecanduan, enak sesaat, menghabiskan duit, bukan penyelesaian masalah tapi membuat masalah baru.
“Sangat prihatin karena kita sudah 71 tahun merdeka koq importnya tambah banyak, koq mengatasi masalah kekurangan bukan dengan cara meningkatkan produksi dan meningkatkan kwalitas, malah pilihn jalan import. Bukankah lahan kita di luar Pulau Jawa masih sangat luas,”
Saya katakan import itu seperti tak ubahnya kayak "narkoba" bikin kecanduan, enak sesaat, menghabiskan duit, bukan penyelesaian masalah tapi membuat masalah baru.
Mengapa import selalu berjalan tak kunjung henti ?
Ya karena tidak ada kemauan, atau maaf karena ada "batu di balik udang" kan sudah mulai kelihatan, kalau berita tentang IG ini benar adanya maka "batu di balik udang" sudah mulai nampak. Bayangkan yang gak bertugas dan bertanggung jawab saja koq "kecipratan" (kalau benar ? Ya,, saya tidak menuduh) , apakah yang memang punya kekuasaan di bidang import gula tidak merasakan juga manisnya gula....??
“Makanya kami heran koq import gula gak bisa dihentikan, bukankah sejak zaman bahelak , jaman Belanda kita sudah terkenal sebagai penghasil gula, eh koq jaman merdeka malah menjadi negara importir gula, lucu bukan !!
“Makanya kami heran koq import gula gak bisa dihentikan, bukankah sejak zaman bahelak , jaman Belanda kita sudah terkenal sebagai penghasil gula, eh koq jaman merdeka malah menjadi negara importir gula, lucu bukan !!
Menurut bapak import gula harus dihentikan, bagaimana cara mengatasi kekurangan kebutuhan gula di dalam negeri ?
Saya pernah diskusi dengan sahabat saya Bpk Arum Sabil Ketua APTRI , saat kami akan manggung untuk bersama Orasi pada Forum Kemerdekaan Pertanian Indonesia di Gedung Joang tanggal 31 Agustur 2016 yang lalu , beliau katakan bahwa Produksi gula nasional saat ini 2,5 Juta Ton pertahun, kebutuhan gula nasional versi APTRI 4,7 Juta Ton berarti kurang 2,2 Juta Ton, tapi koq target Import sampai 3,2 Juta Ton, apakah hal ini tidak membunuh Industri gula dalam negeri ?
Cara ngatasi kekurangan gula menurut sahabat saya Pak Arum Sabil , dan saya sangat sependapat, ialah dengan memperluas lahan kebun tebu dan memanfaatkan tehnologi pertebuan yang baik dan benar sehingga kwalitas dan kwantitas produksi gula meningkat, pabrik tebu yang nota bene kebanyakan peninggalan Belanda diremajakan dan ditambah, bukan dengan cara terus-terusan buka kran import.
“Diperlukan tambahan lahan 780 Ribu Ha, sangat memungkinkan karena di luar Pulau Jawa lahan masih tersedia sangat luas, saat ini kita punya lahan 280 ribu Ha, apabila hal ini terealisasi maka Indonesia akan memproduksi gula 7,5 Juta Ton pertahun,”
Sehingga terdapat kelebihan produksi hampir 3 Juta Ton pertahun, kelebihan produksi inilah untuk kita eksport, sehingga Indonesia menjadi negara eksportir gula, dan banyak dapat duit, devisa masuk ke kocek Kas Negara untuk belanja pembangunan, bukan ngabisi duit untuk import gula.
Cara ngatasi kekurangan gula menurut sahabat saya Pak Arum Sabil , dan saya sangat sependapat, ialah dengan memperluas lahan kebun tebu dan memanfaatkan tehnologi pertebuan yang baik dan benar sehingga kwalitas dan kwantitas produksi gula meningkat, pabrik tebu yang nota bene kebanyakan peninggalan Belanda diremajakan dan ditambah, bukan dengan cara terus-terusan buka kran import.
“Diperlukan tambahan lahan 780 Ribu Ha, sangat memungkinkan karena di luar Pulau Jawa lahan masih tersedia sangat luas, saat ini kita punya lahan 280 ribu Ha, apabila hal ini terealisasi maka Indonesia akan memproduksi gula 7,5 Juta Ton pertahun,”
Sehingga terdapat kelebihan produksi hampir 3 Juta Ton pertahun, kelebihan produksi inilah untuk kita eksport, sehingga Indonesia menjadi negara eksportir gula, dan banyak dapat duit, devisa masuk ke kocek Kas Negara untuk belanja pembangunan, bukan ngabisi duit untuk import gula.
Ide yang bagus, tapi dari mana dapat uang untuk membiayai perluasan kebun tebu tersebut?
Tentunya tidak dilakukan dalam satu tahun, harus dilakukan bertahap, tiga atau lima tahun, uang nya dari mana ? Ya dari anggaran untuk import gula.
Bayangkan berapa duit kita habiskan untuk import 3,2 Juta Ton gula setahun, itu hitungan nya sudah Triliun Rupiah dan berkali-kali.
Bayangkan berapa duit kita habiskan untuk import 3,2 Juta Ton gula setahun, itu hitungan nya sudah Triliun Rupiah dan berkali-kali.
Sebenarnya sangat memungkinkan negeri kita berhenti import, lalu menjadi negara eksportir, tapi mengapa kelihatan nya susah sekali ?
Hehehe…. (ketawa lepas ), kan kuncinya ada pada kemauan! Lantas mengalah pada kemauan itu seolah-olah susah sekali timbul walaupun sudah berganti pemerintahan beberapa kali, ya kan sudah mulai terungkap itu, mari kita lihat apa itu yang mengganjal "udang", apa benar ada "batu di balik udang" semoga ke depan akan nampak semua "batu" itu.
“Saya yakin ada batu lebih besar lagi di balik gula, dibalik beras, di balik bawang, di balik jagung, di balik daging sapi, di balik kedele, dan semoga saja kalau "batu" nya sudah disingkirkan maka kita akan cepat swasembada komuditas pertanian, kelak kita akan menjadi negara eksportir komuditas pertanian,"
“Saya yakin ada batu lebih besar lagi di balik gula, dibalik beras, di balik bawang, di balik jagung, di balik daging sapi, di balik kedele, dan semoga saja kalau "batu" nya sudah disingkirkan maka kita akan cepat swasembada komuditas pertanian, kelak kita akan menjadi negara eksportir komuditas pertanian,"
Apa harapan bapak dengan maraknya berita tentang permainan dibalik perijinan import komuditas pertanian ini ?
Harapan saya agar KPK! Polisi, Jaksa, dan masyarakat mengungkap semua "permaianan" di balik import komuditas pertanian, saya yakin kalau kong kali kong di balik import komuditas pertanian ini disikat, petani kita akan senang dan sejahterah. “Lahan kita luas, tapi produksi kita cenderung turun, petani seperti tidak ada gairah untuk menanam komuditas pertanian yang diimport, mengapa demikian ?”
Bagaimana petani mau bergairah menanam tebu sebagai bahan baku gula kalau pasar dalam negeri dibanjiri gula import, bagaimana mau bergairah menanam jagung, kedelai, dan lain lain kalau dibanjiri dengan komuditas import.
Bagaimana petani mau bergairah menanam tebu sebagai bahan baku gula kalau pasar dalam negeri dibanjiri gula import, bagaimana mau bergairah menanam jagung, kedelai, dan lain lain kalau dibanjiri dengan komuditas import.
Pemerintah selalu mengatakan bahwa import komuditas pertanian diperlukan untuk memenuhi keperluan industri dalam negeri, untuk menstabilkan harga
Itu alasan pembenat yang dibuat-buat, sudah bosan dengar lagu lama, bukankah kementerian pertanian itu diadakan untuk membuat agar pertanian kita menjadi baik, surplus, hasil pertanian kita melimpah dan kwalitasnya lebih unggul dari negara lain, kementerian itu bukan berfungsi sebagai kementerian pengadaan atau kementerian yang tugasnya tangani import saja. ■ znd
:
comment 0 komentar
more_vert