MITRAPOL.com - Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas) bersama dengan Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN), mengadakan Sosialisasi Bahaya Penyalagunaan Narkoba di gedung Basarnas Jl. Angkasa Blok B.15 Kav. 2-3 Kemayoran Jakarta Pusat, Kamis (27/04/2017).
Acara sosialisasi yang di hadiri Kepala Basarnas Marsekal Muda TNI M. Syaugi S. Sos, MM, sebagai pemerakarsa, Sekretaris Utama Basarnas Dadang Arkuni SE, MM, Pembina Utama Madya (lV/d) sebagai penyelenggara, Deputi Bidang Operasi Basarnas Mayjen TNI Heronimus Guru M.Si, (HAN), Deputi Bidang Potensi Basarnas Marsekal Muda TNI Dody Trisunu, serta Ketua Bidang Pendidikan dan Penyuluhan BNN RI Brigjen Pol. Dr. Victor Pudjiadi SpB, Fics, DFM.
Dalam sambutannya, Kepala Basarnas Marsekal Muda TNI M. Syaugi S. Sos, MM mengatakan bahwa masyarakat perlu mengetahui seluruh anggota Basarnas harus di nyatakan bebas dari Narkoba.
“Oleh karena itu acara sosialisasi ini kami adakan, bersamaan dengan test urine para anggota Basarnas yang bertujuan agar anggota Basarnas terbebas dari narkoba. Andai pun ada anggota Basarnas yang positif menggunakan narkoba kami akan melakukan tindakan pembinaan di luar dari kedinasan,” tegas Kepala Basarnas.
Selepas sambutan Kepala Basarnas, dilanjutkan dengan pemaparan materi yang di berikan oleh Ketua Bidang Pendidikan dan Penyuluhan BNN RI Brigjen Pol. Dr. Victor Pudjiadi SpB, Fics, DFM yang menjelaskan tentang jenis-jenis narkotika serta dampak menggunakan narkoba.
“Banyak jenis narkotika semuanya membahayakan bagi diri kita, sebagai anggota Basarnas harus menjadi contoh individu yang bersih dari narkoba. Sebab tugas Basarnas yang berat di bidang pencarian dan pertolongan menuntut kita agar selalu dalam kondisi sehat dan fit saat dilapangan,” kata Victor.
Victor juga menghimbau kepada seluruh anggota Basarnas agar menjauhi narkoba dan mengenali jenis-jenis narkoba jenis baru, sebab semakin berkembangnya jaman, narkotika semakin di perbaharui dengan jenis-jenis yang belum di ketahui khalayak umum. “Katakan No Pada Narkoba, Yes Prestasi. Jangan coreng nama Basarnas dengan narkoba. Bersama kita lawan, cegah, dan berantas narkoba untuk kita dan Bangsa Indonesia ini,” pungkasnya.
Kepala Badan SAR Nasional, Marsekal Muda TNI M. Syaugi S. Sos, MM., saat di wawancarai mengatakan, Apa yang di sampaikan oleh Pak Victor Pudjiadi selama 3 jam diharapkan bisa membius 500 anggota Basarnas yang menghadiri acara sosialisasi Bahaya Penyalagunaan Narkoba ini.
“Narkoba sangat membahayakan bagi diri kita semua, dan agar anggota Basarnas terhindar serta terbebas dari narkoba. Untuk menjadi jiwa yang prima jangan terlena dengan kenikmatan sesaat narkoba,” imbuhnya.
Sejarah Basarnas
Perlu diketahui lahirnya organisasi SAR di Indonesia yang saat ini bernama Basarnas diawali dengan adanya penyebutan "Black Area" bagi suatu negara yang tidak memiliki organisasi SAR. Dengan berbekal kemerdekaan, maka tahun 1950 Indonesia masuk menjadi anggota International Civil Aviation Organization (ICAO) atau Organisasi Penerbangan Internasional. Sejak saat itu Indonesia diharapkan mampu menangani musibah penerbangan dan pelayaran yang terjadi di Indonesia.
Sebagai konsekwensi logis atas masuknya Indonesia menjadi anggota ICAO tersebut, maka pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 1955 tentang Penetapan Dewan Penerbangan untuk membentuk panitia SAR. Panitia teknis mempunyai tugas pokok untuk membentuk Badan Gabungan SAR, menentukan pusat-pusat regional serta anggaran pembiayaan dan materil.
Sebagai negara yang merdeka, tahun 1959 Indonesia menjadi anggota International Maritime Organization (IMO). Dengan masuknya Indonesia sebagai anggota ICAO dan IMO tersebut, tugas dan tanggung jawab SAR semakin mendapat perhatian. Sebagai negara yang besar dengan semangat gotong royong yang tinggi, bangsa Indonesia ingin mewujudkan harapan dunia international yaitu mampu menangani musibah penerbangan dan pelayaran.
Kepala Basarnas Marsekal Muda TNI M. Syaugi S. Sos, MM dan Brigjen Pol. Dr. Victor Pudjiadi SpB, Fics, DFM |
Dari pengalaman-pengalaman tersebut diatas, maka timbul pemikiran bahwa perlu diadakan suatu organisasi SAR Nasional yang mengkoordinir segala kegiatan-kegiatan SAR dibawah satu komando. Untuk mengantisipasi tugas-tugas SAR tersebut, maka pada tahun 1968 ditetapkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor T.20/I/2-4 mengenai ditetapkannya Tim SAR Lokal Jakarta yang pembentukannya diserahkan kepada Direktorat Perhubungan Udara. Tim inilah yang akhirnya menjadi embrio dari organisasi SAR Nasional di Indonesia yang dibentuk kemudian.
Pada tahun 1968 juga, terdapat proyek South East Asia Coordinating Committee on Transport and Communications, yang mana Indonesia merupakan proyek payung (Umbrella Project) untuk negara-negara Asia Tenggara. Proyek tersebut ditangani oleh US Coast Guard (Badan SAR Amerika), guna mendapatkan data yang diperlukan untuk rencana pengembangan dan penyempurnaan organisasi SAR di Indonesia. tim
:
comment 0 komentar
more_vert