MITRAPOL.com - Islam tidak hanya berkutat dengan kewajiban jihad saja, ataupun tampil dengan senyum dan toleransi semata. Namun ada saatnya bersikap lemah lembut juga tegas.
![]() |
KH. Khodamul Quddus |
Istilah rahmatan lil ‘alamin sebenarnya merujuk kepada firman Allah Ta’ala yang mensifati tujuan diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yaitu sebagai rahmatan lil ‘alamin.
Dan kami tidak mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya': 107), hal itu disampaikan KH. Khodamul Quddus, pemilik sekaligus pengasuh Ponpes Nurul Hidayah, Sadeng Bogor, Jawa Barat, Jumat, (22/6/2017).
Sifat rahmatan lil ‘alamin dinisbatkan kepada pengutusan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam tidak lain karena syariat yang beliau bawa menjadi penyelamat manusia, di dunia maupun di akhirat.
Maksudnya, kata Kiyai Khodam yang juga salah seorang dari gurunya ustad kondang Arifin Ilham itu menjelaskan, "Dia, Allah SWT mengutus Nabi Muhammad sebagai rahmat untuk semua orang. Barang siapa menerima rahmat ini dan bersyukur atas kenikmatan ini, dia akan bahagia di dunia dan akhirat. Dan barang siapa yang menolak dan mengingkarinya maka dia akan rugi di dunia dan akhirat,” tandasnya.
Namun dengan hadirnya rahmat ini, tambahnya, manusia menyikapinya dengan dua sikap. Pertama, mereka yang menerima dan mensyukuri rahmat tersebut sehingga bahagia di dunia dan akhirat. Kedua, mereka yang menolak dan mengingkari syariat tersebut sehingga akan merugi di dunia dan akhirat.
Rahmat di sini bukan berarti hanya dirasakan oleh kaum muslimin saja, tetapi juga merata bagi seluruh umat manusia. Selain menjadikan kehidupan yang lebih teratur sesuai dengan petunjuk Sang Pencipta, hadirnya Rasulullah juga memberi rahmat bagi mereka yang tidak mau beriman, yaitu dengan di tundanya azab dari Allah ‘azza wa jalla.
“Jadi sangat salah dan sangat tidak logis jika istilah rahmatan lil alamin hanya ditafsirkan pada hal-hal yang lembut saja. Islam bukanlah ajaran yang hanya mengajarkan senyum dan sedekah, namun Islam juga menganjurkan umatnya untuk beramar ma’ruf nahi mungkar. Setiap perkara, ditempatkan Islam sesuai dengan tempatnya. Wallahu a’lam bishawab!,” tutupnya.
Reporter : herman heritage
Editor : andrey
:
comment 0 komentar
more_vert