MASIGNCLEANSIMPLE101

Peningkatan Devisa Indonesia Melalui Produk TPT Nasional

MITRAPOL.com - Asosiasi Perstektilan Indonesia (API) menggelar acara diskusi bersama API dengan tema peningkatan devisa Indonesia melalui produk Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Nasional.


Hadir dalam acara tersebut Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita. Dalam sambutannya,Mendag Enggar mengatakan akan mengajak jajaran di Kemendag untuk melihat wajah-wajah para pelaku industri tekstil yang ada di Jawa Barat dan Solo.(14/09/2018).


Wakil Presiden Direktur PT Pan Broters Tbk Anne Patricia Sutanto yang juga merupakan anggota dari Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menegaskan bahwa industri TPT di Indonesia saat ini bisa digenjot dengan dua hal, pertama adalah akses pasar dan perlindungan pasar lalu yang kedua adalah iklim usaha yang kondusif.

”Soal akses pasar, kami melihat ada celah yang bisa dimanfaatkan dari trade war AS dan Tiongkok. TPT Tiongkok yang mengisi sekitar 37 persen pasar AS dikenakan tarif 20 persen lebih tinggi dari produk Indonesia. Ini artinya adalah peluang,” tegas Anne, pada forum sosialisasi roadmap TPT oleh API.


Pelaku industri pertekstilan di Indonesia optimis bahwa sektor mereka masih mampu tumbuh positif. Baik dalam hal pemenuhan pasar ekspor dan domestik, serta potensi peningkatan produksi Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Kondisi perekonomian global seperti dampak perang dagang antara Amerika dan Tiongkok justru disebut pelaku sebagai celah untuk meningkatkan ekspor.

Selain itu, pembukaan akses pasar baru melalui berbagai kerjasama yang digalang pemerintah dengan sejumlah negara mitra juga perlu dimaksimalkan. Seperti contohnya kerjasama Indonesia dengan Australia melalui Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA CEPA), telah memungkinkan produk TPT Indonesia masuk pasar Australia dengan bea masuk 0 persen. ”Berlaku mulai Januari 2019, tapi dengan kebijakan itu sekarang kami sudah menerima peningkatan 20 persen permintaan dari Australia. Ini juga perlu dimanfaatkan pelaku tekstil lainnya,” tambah Anne.

Untuk itu, demi mendukung perluasan akses pasar baru ke Amerika dan Eropa, pelaku usaha berharap pemerintah dapat mempeercepat implementasi Indonesian – European Union Comperhensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) serta mempercepat negosiasi bilateral trade relationship bersama Amerika Serikat. ”Perlu dilakukan diplomasi dagang dengan negara-negara sebagai pemasok utama bahan baku kapas, disolving pulp, dan lainnya ke Indonesia,” tambah Anne.

Sementara itu, tak kalah penting pelaku industri juga berharap pemerintah memberi perlindungan terhadap pasar domestik. Upaya tersebut misalnya berupa perlindungan pasar domestik dari impor produk TPT sejenis, seperti kain dan pakaian jadi dengan Anti Dumping atau Safeguards. ”Supply chain juga perlu dioptimalisasi. Harmonisasi kerjasama antar produksi dan penjualan, industri hulu dan hilir, serta berbagai fasilitasnya,” papar Anne.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita yang turut hadir dalam acara kemarin, menyatakan bahwa pemerintah siap untuk mendukung kebutuhan industri pertekstilan. Enggar menegaskan bahwa dalam kunjungan ke Amerika lalu, Indonesia sudah menyatakan keseriusan untuk meningkatkan market produk tekstil ke Amerika. ”Perkembangan e-commerce yang pesat di AS dan juga terganggunya produk Tiongkok membuka kesempatan kita untuk mengisi ke sana,” tegas Enggar.

Mendag menyebutkan bahwa kerjasama-kerjasama yang sedang dalam perundingan akan segera dipercepat pemerintah dengan tetap menggandeng pelaku usaha dalam setiap perundingan. “Namun saya tetap berpesan pada pengusaha untuk tidak melupakan pemenuhan pasar domestik. Produk industri ini harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” pungkas Enggar.





Ayu
:
Unknown