MITRAPOL.com – Peringatan Hari Ibu di Indonesia sesungguhnya mengandung makna yang lebih agung dari sekedar romantisme perayaan belaka. Hari Ibu bukan hanya diperuntukkan bagi para ibu dalam arti harfiah saja, melainkan juga untuk seluruh perempuan Indonesia.
![]() |
Ketua Umum KOWANI berfoto dengan Pengurus Organisasi BERSAMA. |
Untuk itu dalam rangka memperingati hari Ibu yang ke 89 pada tahun 2017 sebagai pilot project, Organisasi Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (BERSAMA) dan Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) bahu membahu saling bekerjasama melahirkan Laskar Gerakan Nasional Perang Melawan Narkoba Angkatan ke 1, Senin (18/12/2017).
Selama ini Organisasi Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (BERSAMA) telah menjadi institusi kerjasama antar lembaga/organisasi non pemerintah yang secara aktif giat melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainya (madat), anti madat tingkat regional ASEAN, Asia Pasifik maupun tingkat internasional.
Berkaitan hal tersebut Mayjen Pol (Purn) Drs. Putera Astaman Ketua Umum Organisasi Bersama dan Dr. Ir Giwo Rubianto Wigoyo, MPD Ketua Umum KOWANI melakukan MoU untuk sepakat menjalin kerjasama dalam Gerakan Nasional Perang Melawan Narkoba itu.
Gerakan Nasional dimaksud mencakup pendekatan multi disiplin, utamanya pendekatan pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Upaya pembinaan dan pembentukan karakter bangsa yang menolak karena sadar akan ancaman bahaya narkoba bagi diri sendiri keluarganya, masyarakat dan Negara.
Saksikan Videonya Disini
Presiden Joko Widodo telah menyatakan secara terbuka sejak tahun 2016 bahwa Indonesia sedang darurat Narkoba, dan lebih lanjut dirinya memproklamirkan bahwa Bangsa Indonesia Perang melawan Narkoba. Ini berarti kita semua sebagai warga harus mengambil andil bagian dalam perang ini, Narkoba adalah musuh bangsa.
Penetapan Hari Ibu pada awalnya merupakan upaya untuk mengenang dan memaknai kembali peristiwa bersejarah yang menandai tonggak awal gerakan perempuan nasional.
’’Kali ini KOWANI memperingati hari Ibu sekaligus Hari ulang tahun nya di gedung Nusantara IV DPR MPR RI, setiap tanggal 22 Desember, masyarakat Indonesia memperingati Hari Ibu. Pada hari istimewa itu, orang-orang berlomba memberikan ucapan dan ungkapan cinta pada ibundanya,” ungkap Dr. Ir Giwo Rubianto Wigoyo, MPD Ketua Umum KOWANI.
Penetapan Hari Ibu, pada awalnya merupakan upaya untuk mengenang dan memaknai kembali peristiwa bersejarah yang menandai tonggak awal gerakan perempuan nasional Kongres Perempuan Indonesia Pertama yang berlangsung di Yogyakarta, 22-25 Desember 1928 silam.
Hal-hal yang dikemukakan di dalam kongres pada dasarnya mengenai kemajuan wanita yang akhirnya mengarah pada kerjasama atau perjuangan bersama kaum laki-laki untuk mencapai persatuan bangsa.
“Karena itu, kedudukan sejarah kongres ini harus dilihat dari makna yang sesungguhnya, tidak sekedar perayaan Hari Ibu saja, tetapi juga bahwa pada masa itu, para perempuan sudah memikirkan masa depan bangsanya,” papar Giwo.
Kalau melihat kembali sejarah, sebenarnya sejak tahun 1912 sudah ada organisasi perempuan. Pejuang-pejuang wanita pada abad ke 19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain secara tidak langsung telah merintis organisasi perempuan melalui gerakan-gerakan perjuangan.
Hal itu yang menjadi latar belakang dan tonggak sejarah perjuangan kaum perempuan di Indonesia, dan memotivasi para pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib bagi kaum perempuan.
Kiprah kaum perempuan sebelum kemerdekaan Indonesia adalah Kongres Perempuan ikut terlibat dalam pergerakan internasional dan perjuangan kemerdekaan itu sendiri.
Hingga pada tahun 1973 Kowani berhasil menjadi anggota penuh International Council of Women (ICW) yang berperan sebagai dewan konsultatif kategori satu terhadap Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
“Kalau kita melihat sejarah beta heroiknya kaum perempuan (kaum Ibu) pada saat itu dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, apakah sepadan dengan peringatan Hari Ibu saat ini yang hanya ditunjukkan dengan peran perempuan dalam ranah domestik. Misalnya dalam sebuah keluarga pada tanggal tersebut seorang ayah dan anak-anaknya berganti melakukan tindakan domestik seperti masak, mencuci, belanja, bersih-bersih, dan kemudian memberikan hadiah-hadiah untuk sang ibu,” tambahnya.
Dikatakannya lebih lanjut, Peringatan Hari Ibu di Indonesia saat ini lebih kepada ungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu, memuji keibuan para ibu. Berbagai kegiatan pada peringatan itu merupakan kado istimewa, penyuntingan bunga, pesta kejutan bagi para ibu, aneka lomba masak dan berkebaya.
![]() |
“Atau membebaskan para ibu dari beban kegiatan domestik sehari-hari. Selamat Hari Ibu untuk perempuan-perempuan Indonesia, untuk ibu saya, ibu anda dan untuk calon Ibu dari anak-anak kita kelak,” tutup Ketua Umum KOWANI.
Reporter : m. syukur
Editor : andrey
:
comment 0 komentar
more_vert