MITRAPOL.com - Sebagai bentuk rasa kekesalan akibat mahalnya harga sembako, Kepala Suku Umum Merius Murib bersama warga melakukan pemalangan Helipat 99 agar Helikopter dari Enaro tidak bisa landing di Ndeotadi 99, Senin, (14/5/2018).
Dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dengan kondisi yang di alami warga pedalaman, terkait masih mahalnya harga sembako di wilayah pesisir kali degeuwo, terlihat dari aksi masyarakat terhadap tindak pemalangan helikopter yang akan landing di Ndeotadi 99.
Setelah di konfirmasi Kepala Suku Umum di wilayah Ndeotadi Merius Murip menyampaikan bahwa tindakan yang mereka lakukan adalah bagian dari pada protes terhadap tingginya harga sembako.
"Kami sangat kesal, karena heli sudah lancar tapi penerbangan dari Enaro harga barang nya masih tetap mahal. Saya curiga ada permainan harga tranportasi pihak pemakai helikopter sehingga harga barang masih tetap tinggi," bebernya.
Lanjut Merius Murib, saya palang helipat 99 agar penerbangan khusus yang mengangkut barang pengusaha dari Enaro agar tidak bisa mendarat di helipat 99. Kecuali helikopter yang terbang dari Nabire ke 99 bisa mendarat di helipat 99.
"Karna saya merasa biar agak mahal dari Nabire tapi kami merasa terbantu, dari pada penerbangan dari Enaro yang diduga telah manfaatkan kondisi yang ada kemarin-kemarin. Menurut saya, Oknum pemakai helikopter yang dari Enaro terlalu mangambil keuntungan yang cukup tinggi, harga carter heli murah kok, kenapa jual ke pengusaha mahal?, hal itu yang mengakibatkan harga barang melonjak tinggi," ucapnya.
Masih katanya, kami menegaskan, mulai hari ini penerbangan dari Enaro yang mengangkut barang pengusaha khususnya di 99 kami palang. Kecuali heli mengangkut barang pengusaha dari kota Nabire tujuan ke 99 kami ijinkan.
Sesuai fakta di lapangan bahwa terjadi pemalangan helipat 99 untuk penerbangan helikopter dari Enaro, hal ini terjadi oleh karena tanggapan warga di mana ada oknum pengusaha pemakai helikopter dari Enaro, yang menurut dugaan warga bahwa telah dengan sengaja menaikan atau mengelembungkan harga tarif tranportasi helikopter sehingga hal ini berimbas pada meroketnya harga sembako dan BBM.
Reporter : ronald karambut
![]() |
Dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dengan kondisi yang di alami warga pedalaman, terkait masih mahalnya harga sembako di wilayah pesisir kali degeuwo, terlihat dari aksi masyarakat terhadap tindak pemalangan helikopter yang akan landing di Ndeotadi 99.
Setelah di konfirmasi Kepala Suku Umum di wilayah Ndeotadi Merius Murip menyampaikan bahwa tindakan yang mereka lakukan adalah bagian dari pada protes terhadap tingginya harga sembako.
"Kami sangat kesal, karena heli sudah lancar tapi penerbangan dari Enaro harga barang nya masih tetap mahal. Saya curiga ada permainan harga tranportasi pihak pemakai helikopter sehingga harga barang masih tetap tinggi," bebernya.
Lanjut Merius Murib, saya palang helipat 99 agar penerbangan khusus yang mengangkut barang pengusaha dari Enaro agar tidak bisa mendarat di helipat 99. Kecuali helikopter yang terbang dari Nabire ke 99 bisa mendarat di helipat 99.
"Karna saya merasa biar agak mahal dari Nabire tapi kami merasa terbantu, dari pada penerbangan dari Enaro yang diduga telah manfaatkan kondisi yang ada kemarin-kemarin. Menurut saya, Oknum pemakai helikopter yang dari Enaro terlalu mangambil keuntungan yang cukup tinggi, harga carter heli murah kok, kenapa jual ke pengusaha mahal?, hal itu yang mengakibatkan harga barang melonjak tinggi," ucapnya.
Masih katanya, kami menegaskan, mulai hari ini penerbangan dari Enaro yang mengangkut barang pengusaha khususnya di 99 kami palang. Kecuali heli mengangkut barang pengusaha dari kota Nabire tujuan ke 99 kami ijinkan.
![]() |
Sesuai fakta di lapangan bahwa terjadi pemalangan helipat 99 untuk penerbangan helikopter dari Enaro, hal ini terjadi oleh karena tanggapan warga di mana ada oknum pengusaha pemakai helikopter dari Enaro, yang menurut dugaan warga bahwa telah dengan sengaja menaikan atau mengelembungkan harga tarif tranportasi helikopter sehingga hal ini berimbas pada meroketnya harga sembako dan BBM.
Reporter : ronald karambut
:
comment 0 komentar
more_vert