MASIGNCLEANSIMPLE101

Menuju KLA, Lurah Angke Gandeng Tiga Pilar

MITRAPOL.com - Program Kota Layak Anak (KLA) bukan program sederhana, karena pokok persoalannya adalah bagaimana memenuhi hak-hak anak. Anak adalah aset yang harus dipenuhi hak-haknya agar berkualitas dan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun daerahnya.

Lurah Angke, M. Dirhamsyah

Hal tersebut dikatakan oleh Lurah Angke, M. Dirhamsyah di ruang kerjanya, kantor Kelurahan Angke, Jl. Angke Indah blok B4 No. 14 Tambora Jakarta Barat, Rabu (25/07/2018).

Dirham menjelaskan bahwa pihak yang paling bertanggung jawab dalam pemenuhan hak-hak anak adalah keluarga, lingkungan sekitarnya dan Pemerintah.

"Semua pihak harus bertanggung jawab, tidak bisa hanya satu pihak saja," jelas Dirham.

Dirham mengatakan sesuai instruksi Walikota Jakarta Barat, Rustam Effendi kepada para Camat dan Lurah yang mengusulkan bagaimana sebuah wilayah layak untuk anak, yang bisa dikumpulkan dalam satu tempat dan diberi pendidikan dalam program yang bersifat tidak memiliki anggaran ini.

"Memang sifatnya tidak ada anggarannya, maka dari itu bisa tidak mengumpulkannya ini, dan yang menjadi percontohan adalah wilayah Tambora," katanya.

Dirham menyebut KLA adalah program bersama, karena banyak pihak yang terlibat mulai dari pihak Kelurahan, Tokoh Masyarakat, Sekolah, Babinsa, Pelaku Usaha sampai pihak-pihak terkait. Untuk itu Dirham akan melibatkan 3 (tiga) Pilar beserta unsurnya untuk menuju KLA di wilayahnya.

"Terutama harus melibatkan 3 pilar yaitu TNI, Polri dan Pemda karena wilayah Angke padat akan penduduknya, juga rawan akan tawuran," ujarnya.

Untuk mengumpulkan anak-anak dalam satu tempat dan diberi pendidikan harus ada pendekatan dan bisa merangkul mereka. Bagaimana caranya menggiring anak-anak agar mau dan bisa melakukan aktifitas belajar malam ataupun mengaji di waktu setelah Sholat Maghrib.

"Pelan-pelan dulu kita sampaikan ke mereka, jiwa merangkul dan kebapakan harus ada supaya mereka bisa digiring ke dalam satu tempat pendidikan nantinya," ujarnya.

Ia mencontohkan salah satu tempat anak-anak berkumpul adalah warnet. Untuk itu, rencananya akan dimusyawarahkan dengan pemilik usaha agar bisa menutup sementara aktifitasnya pada waktu jam belajar malam untuk anak-anak.

"Kita harus musyawarahkan dulu dengan pemilik usaha, jangan sampai terjadi gesekan yang akan menimbulkan perbedaan pendapat ataupun permusuhan," ujarnya.

Disebutkan, bahwa di wilayahnya ada 11 RW, yang mana rencananya di setiap RW akan dibuat minimal satu tempat untuk anak-anak melakukan aktifitas belajar malam. Untuk tenaga pengajar pihaknya akan mencari Guru yang berjiwa sosial untuk mengajar anak-anak, karena seyogyanya program KLA tidak memiliki anggaran.

"Setiap satu RW, minimal satu tempat, dan kami harus mencari Guru yang berjiwa sosial untuk mengajar anak-anak, karena sifatnya memang tidak ada anggaran," ungkapnya.

Angke sebuah wilayah kecil dengan kepadatan penduduknya yang bisa menimbulkan kerawanan, baik rawan akan narkoba, resiko putus sekolah karena nakal, maupun KDRT yang bisa berpengaruh terhadap kenyamanan hidup.

“Untuk itu peran serta dari Pemda, TNI, Polri, para Ulama, Tokoh Masyarakat dan Unsur terkait lainnya sangat dibutuhkan agar tercipta rasa aman, ramah dan bersahabat demi terwujudnya anak yang berkualitas, berahlak mulia dan sejahtera,” seperti yang dikatakan Lurah Angke, M. Dirhamsyah sebelum menutup pembicaraan.

Reporter : madalin
:
Unknown

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
-_-
(o)
[-(
:-?
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
$-)
(y)
(f)
x-)
(k)
(h)
(c)
cheer
(li)
(pl)