MASIGNCLEANSIMPLE101

Mesin Pertanian Salah Satu Cara Mengatasi Impor

Indonesia Negara agraris yang sangat subur dengan hamparan lahan sangat luas, ditunjang iklim relatif sama sepanjang tahun apalagi tenaga kerja tersedia cukup banyak, tambah hebat lagi karena hampir semua Perguruan Tinggi mempunyai Fakultas Pertanian, Peternakan yang pinter-pinter jumlahnya amat banyak, dengan data yang demikian so pasti negeri yang dijuluki Nusantara ini adalah negara yang makmur gemah ripah loh jinawi, negara yang kaya raya sebagai eksportir berbagai komuditas pertanian.
He… hebat kan !

Susno Duadji

Tapi fakta nya gak demikian, negeri yang kita banggakan ini menjadi pasar empuk yang menjanjikan bagi negara lain untuk memasarkan hasil komuditas pertaniannya, bayangkan penduduk kita 250 Juta jiwa.

Oi… ala mak… kita masih menjadi negara pengimport berbagai komuditas pertanian ; mulai dari beras, jagung, kedele, bawang merah, bawang putih, holtikutura seperti mangga, jambu, klengkeng, jeruk, apel, durian juga ingatkan duren musang king, dan lainnya.

Lautan nya sangat luas dan asin, eh… garam pun import pulak, tentunya kondisi semacam ini tidak boleh kita biarkan, Import bukanlah cara yang tepat mengatasi masalah karena import itu sangat berbahaya ; ngabisin devisa, bikin males kerja, males mikir hanya cari gampang, bikin kita jadi tergantung dengan negara lain, dampak negatif.

Untuk ngatasi import ; cara pikir harus dirombak total, istilah keren nya harus revolusi mental, kita harus HIJRAH berubah dari mikirin importir menjadi mikirin eksportir supaya kocek keuangan negeri penuh dengan devisa, supaya negeri ini jadi kaya, jadi sodagar, dan punya gengsi, bukan miskin lalu berhutang.

Caranya

Ya tiada lain kita harus tingkatkan kwantitas dan kwalitas produksi komuditas pertanian kita.

Gimana caranya ? Ya semua orang tau, gak sukar amat koq ! Pertama Import hentikan supaya gak jadi anak cengeng !.

Bisa ?

Asal ada kemauan pasti bisa, kecuali, ya kecuali emang sudah kecanduan menikmatinya. Kwantitas dan kwalitas produksi komuditas pertanian harus ditingkatkan supaya melebihi kebutuhan dalam negeri dan sisanya kita eksport, agar mendapat devisa yang banyak untuk ngisi kocek negara supaya bisa membangun dan bisa ngelunasi utang luar negeri.

Ya tentu ektensifikasi dan intensifikasi pertanian mutlak harus dilakukan. Supaya bisa garap lahan dalam jumlah luas, dan waktu yang cepat tentunya tidak cukup dengan mengandalkan tenaga manusia dan tenaga hewan, penggunaan mesin pertanian suatu keharusan, tak perlu mesin yang canggih amat dengan tehnologi tinggi karena petani akan sulit mengoperasikan nya, dan juga harganya mahal, perawatannya susah.

Manfaatkan saja tehnologi mesin yang sederhana, yang penting awet, gampang dioperasikan, harganya murah, ngerawatnya gampang, suku cadang gampang didapat,

Misalnya ; traktor mini, mesin panin padi/ jagung, mesin penanam bibit, mesin pemotong singkong, mesin pengering gabah, mesin pembuat kopi bubuk, mesin pemotong rumput, dan lain-lain.

Jangan lupa harga komuditas pertanian harus dijaga agar tetap menguntungkan petani, supaya ada gairah untuk bertani, generasi muda senang dan bangga bertani, jangan sampai terjun bebas anjelok kayak harga karet saat ini.

Pakar tehnik permesinan kita harus menjawab kebutuhan akan mesin pertanian, alangkah indahnya sinergy berbagai ilmu pengetahuan dan tehnologi untuk membangkitkan gairah bertani, dan mengangkat derajat dan martabat bangsa yang katanya negara agraris, dari importir menjadi eksportir.

Tentunya political will dan sikap mental Pemerintah adalah faktor utama yang menentukan apakah kita akan menjadi negara yang merdeka atau tidak merdeka di bidang Pertanian.

Semoga !!

Oleh Susno duadji
Datuk Patani Sumatera Selatan
Ketua Umum TP Sriwijaya
:
Unknown