MASIGNCLEANSIMPLE101

30 Tahun Abdikan Diri untuk Anak Autis, Ini Figur Imaculata

MITRAPOL.com - Pemilik nama lengkap Imaculata Umiyati ini terlahir di Rowoseneng, 1 Mei 1967 dan beragama Islam. Lulus SMA Asisi Tebet Jakarta 1986 lalu melanjutkan Studi S1 Unika Atma Jaya Tahun 1990 dan Study perbandingan di beberapa negara Tahun 1990-1992 kemudian S-2 Psikologi Sains UPI YAI Tahun 2012 dan terakhir menempuh pendidikan S-3 Psikologi UPI YAI Tahun 2016.

Imaculata Umiyati 

Bunda Ima (sapaan akrab Ima Culata-red) sudah memiliki rasa peduli pada anak kebutuhan khusus sejak masih SMA tahun 1985, sambil sekolah Bunda Ima sambil mengajar sekolah minggu dan lebih suka menghandle anak-anak yang "berbeda" dari pada anak normal.

Menjadi Konsoler atau Pakar Pendidikan Anak Autis, Bunda Ima menceritakan kepada Mitrapol bahwa pada awalnya membuka terapi wicara untuk anak anak autis. “Baru 3 bulan buka siswa sudah penuh kurang lebih 16 siswa, terapi 2 hingga 4 jam per hari tiap anak. Perkembangan anak sangat cepat dan orang tua siswa sangat percaya pada cara kami menangani anak,” imbuhnya.

Maka yang dari luar kota, katanya, meminta untuk menitipkan anaknya, dan orang tua kembali ke kotanya mengurus keluarga (suami dan anak yang lainnya). Umumnya demi terapi inilah mereka mengontrak rumah di dekat rumah terapi kami.

Menurutnya, Saya sangat perduli dengan kasus autis ketimbang anak berkebutuhan khusus (ABK-red) yang lain. "Autis itu unik, menyangkut perilaku yang sangat khas yaitu kejiwaan seperti ada ruangan gelap yang harus di tembus, ada tembok tebal yang harus di gempur, bukan sekedar kondisi dan mendidik anak autis membutuhkan seni yang jeli dan tinggi, dan saya mampu masuk di zona itu, merogoh jiwa anak itu untuk saya bawa keluar dari ruang gelap itu untuk ku bawa ke dunia yang sesungguhnya," tandas Bunda Ima dalam sesi wawancara khusus.

Sang Motivator yang mengidolakan Ivan Gunawan ini mengaku banyak memiliki suka duka dalam sehari-hari berkecimpung bersama anak-anak autis. "Suka duka mendidik anak autis, sukanya bersama mereka adalah menjalani hidup dengan manusia yang jujur polos tak ada trik atau niatan buruk tidak merencanakan kejahatan-kejahatan, hidup nya lurus-lurus saja lalu dukanya misal ketika ada yang sakit. Sebab mereka tidak mengeluh tidak mengadu mana yang sakit dan bahkan ambang rasa sakitnya itu sangat lemah, saat mereka demam saja masih sangat hyperaktif betapa sulitnya untuk bisa membuatnya istirahat," papar Bunda Ima yang juga menjabat Komisioner Komnas Anak.

Masih katanya, Kita harus tahu bahwa anak tidak memilih lahir sebagai anak autis. Orang tuanya pun juga tidak menghendaki anaknya lahir sebagai penyandang autis. Suka tidak suka ini asalah PR besar keluarga, juga sebuah derita tersendiri, sebab satu anak autis maka “Seluruh Keluarga Tersebut Menjadi Sakit”. “Jadi tidak layak lah kita kalau perilaku kita arogan pada anak-anak ini. Suportlah melalui sikap dan ucapan kita, agar mereka lebih kuat lagi," tutup Imaculata mengakhiri liputan khusus bersama Mitrapol. znd
:
Unknown

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
-_-
(o)
[-(
:-?
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
$-)
(y)
(f)
x-)
(k)
(h)
(c)
cheer
(li)
(pl)