MASIGNCLEANSIMPLE101

Emilia Takao : Perjuangan Butuh Pengorbanan (2)

MITRAPOL.com - Tahun 2014 bermodalkan ijazah akademi bahasa yang saya punya dan pernah dipelajari akhirnya saya melamar kerja dengan menjadi seorang translating di sebuah perusahaan Jepang yang bergerak dibidang penempatan tenaga kerja asing. (baca juga : Emilia Takao : Perjuangan Butuh Pengorbanan (1))

Emilia Takao (paling tengah) bersama rekan kerja.

“Menjadi seorang transleting memberikan pengalaman baru buat saya. Tugas yang saya terima bukan hanya duduk manis didepan meja kerja namun harus selalu siap untuk mendatangi dan menterjemahkan permasalahan perusahaan yang memiliki karyawan dari negara asing yang kebanyakan didatangkan dari negara Indonesia, Filipina, Cina dan Vietnam,” terang Emilia.

Dari kebiasaan mendengarkan dan menterjemahkan permasalahan yang dihadapi antar pegawai asing dan pemilik perusahaan Jepang membuat saya jadi tertarik untuk merangkap menjadi seorang konsultan buat mereka, dimana saya bukan hanya mendengar tapi juga dapat membantu mereka menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi.

Mendengarkan keluhan mereka membuat saya berfikir apa yang bisa saya berikan untuk mereka bisa tetap selalu semangat dan berhasil dalam mewujudkan impiannya.

“Meskipun anak-anak yang sudah biasa merasakan bekerja di Jepang adalah anak yang beruntung karena mereka mendapatkan kesempatan. Teringat di tanah air masih banyak anak-anak terlantar, anak-anak tidak mampu yang tidak mengenyam pendidikan, terbersit bagaimana jika mereka juga bisa mendapatkan sebuah kesempatan untuk memperbaiki masa depannya,” katanya.

Beberapa hal yang selama ini dilakukan rasanya belum bisa sepenuhnya mengarahkan masa depan mereka. Teringat akan sebuah sosialisasi yang dibentuk rekan mahasiswa dari Indonesia yang mengadakan Charity untuk pengumpulan dana dimana hasilnya akan disumbangkan ke daerah pelosok Indonesia yang mempunyai anak tidak mampu sekolah.

Ada satu kebanggaan dan kemirisan disaat ikut bergabung dalam penyelenggaraan acara ini. “Bangga karena saya bisa ikut membantu mengumpulkan dana untuk pembiayaan sekolah mereka namun miris kenapa di era yang sudah semodern ini Pemerintah masih membiarkan ada anak generasi penerus yang tidak bisa mengenyam pendidikan,” beber Emilia.

Selama saya bekerja di perusahaan, saya sering mencermati para rekan sesama karyawan yang hilir mudik dan menggelar pembicaraan kecil dengan mereka. Kultur hidup yang memang diatur oleh pendapatan harus berhemat karena ada begitu banyak kebutuhan hidup yang bertumpu pada gaji.

“Bisa sarapan dengan baik, mencukupi kebutuhan makan dengan bahan makanan yang segar dan berkualitas, ke klinik dokter yang baik bila sakit, sesekali berbelanja, namun tidak bisa memiliki impian-impian lebih. Juga tidak berani berandai-andai jika mendadak terjadi perubahan ekonomi dan di-PHK. Gaji menjadi “dewa” kehidupan dan mereka mengarahkan dedikasi setiap hari untuk itu,” paparnya.

Visi Emilia Takao

Aku bertekad ingin meraih kebebasan finansial sebelum usiaku menginjak 40 tahun, karena aku ingin bisa berbuat banyak untuk sesama, keluarga dan orang tua. "Berani bertindak belum tentu menjamin keberhasilan. Namun, tidak bertindak sudah pasti menjamin kegagalan, itu prinsip yang saya pegang dan terapkan,” tegas Emilia.

Dengan menerima dukungan keluarga pada tahun 2014, saya mencoba untuk berbisnis, dibantu dengan rekan saya, mulailah saya mencoba membuka usaha di Indonesia. Diawali dengan usaha kecil-kecilan saya membuka makanan Jepang yaitu Ramen di lingkungan perbelanjaan Ambasador Jakarta Selatan, dan sebuah cafe kecil dibilangan apartemen Kelapa Gading.

Namun karena minimnya pengalaman dan pengetahuan tentang pola sistim pemasaran di Indonesia akhirnya hanya bisa saya pertahankan selama satu tahun, dengan kegagalan itu tidak menyurutkan saya untuk melangkah dan mencobanya kembali. “hanya tekad dan niat saja ternyata tidak cukup untuk membangun suatu usaha, pengalaman saja ternyata tidak cukup tanpa dibarengi dengan teori, itu fikir saya...akhirnya sekembalinya saya ke Jepang dengan dukungan suami dan keluarga juga rekan. Saya memutuskan untuk mengambil pendidikan dalam bidang bisnis management di The Institute of Business Research disalah satu fakultas yang ada di daerah saya tinggal (hingga saat ini),” imbuhnya.

Jatuh bangun dalam memulai suatu bisnis tidak menyurutkan saya untuk berhenti mencoba. Hingga suatu saat ada rekan saya yang bilang, “sesuatu yang dibangun dengan setengah maka yang akan kita dapatkan pun cuma setengah nya". Dengan kata lain jangan takut untuk membuat suatu dobrakan dalam membangun sebuah usaha.

Rasa penasaran karena kegagalan usaha pertama yang saya bangun akhirnya menyulut saya untuk membangun kembali usaha yang saya anggap tidak akan bisa saya kembangkan di Negeri sendiri. Dengan pertimbangan ingin memperkenalkan aneka masakan Jepang saya bersama rekan saya akhirnya mendirikan sebuah restoran Jepang yang sesungguhnya, dimana semua jenis masakan Jepang semua bisa kami perkenalkan.

“Dengan mendirikan usaha ini paling tidak saya juga bisa membantu membuka lapangan kerja untuk generasi muda yang ingin merasakan suatu pengalaman bekerja di sebuah restoran khususnya masakan Jepang, kenapa saya memilih masakan Jepang dalam membangun usaha ini?, semua tak lebih karena tujuan saya untuk memberikan pengalaman baru untuk para generasi yang mempunyai keinginan tinggi untuk mengembangkan potensi dirinya,” tambahnya lagi.

Dengan segala persiapan dan tekad akhirnya 4 April 2016 restoran yang kami beri nama Senbonzakura yang bertempat di area Jl. M Kahfi 1 Ciganjur Jak-Sel siap menerima customer penggemar makanan khas Jepang. Dengan bimbingan dua koki handal yang berpengalaman dalam pengolahan masakan Jepang di Senbonzakura, saya yakin apa yang kami hidangkan adalah yang terbaik buat customer dan penggemar masakan Jepang.

Begitu pula dengan keahlian para koki kami, membuka peluang untuk para staf muda dalam memperdalam ilmu pengetahuannya. Dengan lahirnya kembali usaha yang saya bangun mau tak mau saya harus bolak balik Jakarta Jepang disetiap bulannya.

“Tujuan saya masih belum terwujud, setelah satu bulan berdirinya restoran Senbonzakura saya memberanikan diri untuk melangkah ke jenjang berikutnya yaitu mendirikan sebuah lembaga pendidikan, dimana saya bisa membagikan ilmu dan pengalaman saya selama di Jepang untuk para generasi muda yang memiliki semangat tapi belum meraih kesempatan,” terangnya.

“Dengan persiapan selama 3 bulan pada tanggal 13 Oktober 2016, Alhamdulillah lembaga pendidikan bahasa dan keterampilan kerja bisa saya wujudkan,” ujarnya.

(dari kiri) Ketua Umum Komnas Anak Arist Merdeka Sirait saat memberikan penghargaan kepada Emilia Takao

Dibawah payung bendera PT World Brother Indonesia berharap dapat Membangun Sumber Daya Manusia yang berkualitas serta mampu berkontribusi untuk menciptakan masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, dan bermartabat dan masih banyak lagi rencana baru yang akan dibuat oleh WBI kedepannya.

“Saya dan WBI mengajak para generasi muda di manapun berada untuk tetap semangat mewujudkan impiannya. Karena manusia mempunya banyak kesempatan untuk bisa sukses tanpa memandang lahir dari kota atau bahkan pelosok desa sekalipun,” ucap Emilia kepada mitrapol.com.

Hidup adalah sesuatu yang bergerak. Kekuatan manusia bukan sesuatu yang statis. Tuhan menganugerahkan segala fitur pembangkit keberhasilan di dalam tubuh dan pikiran kita. Serahkan jiwa seutuhnya untuk segera merealisasikan harapan tanpa menunggu waktu lagi. Lakukan dengan konkret apa yang dikatakan orang sebagai perjuangan.

Proses dalam ketekunan menjalankan pekerjaan demi pekerjaan pasti secara alamiah mengajarkan tentang tiga hal penting dalam perjuangan yaitu ; tekad yang kuat, strategi yang terarah, dan kedekatan kepada Tuhan. Tiga hal itu kemudian menurunkan lagi “anak-anak sikap” yang semuanya mengacu pada satu idealism ; jika kita bekerja keras dengan cara-cara yang baik, niat yang baik, dan tekad yang baik, insyaallah setiap manusia bisa meraih impiannya. znd
:
Unknown

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
-_-
(o)
[-(
:-?
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
$-)
(y)
(f)
x-)
(k)
(h)
(c)
cheer
(li)
(pl)