MITRAPOL.com – Mabuk bukan kepalang bagi siapapun yang memegang tongkat komando keamanan di wilayah Papua negeri paling ujung bumi Indonesia, pasti akan di buat pusing tujuh keliling. Pasalnya Papua masih menjadi wilayah yang rawan konflik antar Suku Adat, seperti yang terjadi di Intanjaya Papua, Jumat (24/2/2017), karena Pilkada 2017 bentrokan terjadi antara dua kelompok masyarakat pendukung pasangan calon Bupati dan wakil Bupati Intan Jaya.
![]() |
Kantor KPUD Intanjaya saat dibakar massa, Jumat (24/2) kemarin (foto : istimewa) |
Sekitar pukul 12.00 Wit tepatnya di bandar udara Enarotali telah tiba korban dari Pilkada 2017 di Kabupaten Intanjaya, sebanyak 12 korban.
Saat mitrapol.com bertanya kepada salah seorang tokoh pemuda yang tidak mau namanya disebutkan mengatakan bahwa, Ini adalah pendukung dari Paslon Bupati No. 3 yaitu Natalis Tabuni, “kita sudah terbiasa ini tidak ada apa-apa nya, yang penting Bupati kita sudah menang,” katanya.
Ditanya ada berapa banyak korban luka, dirinya menjawab, dari pihak kita orang Dani untuk yang luka kena anak panah sebanyak 121 dan 2 yang meninggal sedang pihak orang Moni luka sekitar 200 orang dan meninggal 4 orang.
"Tapi ini belum pasti betul karena hingga saat ini hubungan ke Intanjaya masih susah,” paparnya.
Menurutnya sudah banyak yang dibawa turun baik yang langsung ke Nabire atau lewat lapangan udara Monamani. Dan kedua belas korban tersebut langsung dibawa ke RSU Nabire, “Kalau tidak ada halangan sore sekitar pukul 19.00 Wit kita sudah sampai,”pungkasnya.
Kita perlu ketahui dan ini berdasarkan pengalaman Reporter mitrapol.com yang pernah bertugas di pedalaman Distrik Beoga yang berdekatan dengan Sugapa, bahwa untuk orang-orang di pedalaman tersebut mempunyai kebiasaan yang aneh bahwa perang dijadikan sebagai hobby mereka.
Ini berdasarkan pengakuan dari orang-orang itu sendiri, khususnya dari suku Dani, Damal, Moni dan mungkim masih ada suku yang lain di Papua kita tercinta. Bahkan Reporter mitrapol.com pun saat mengambil gambar harus berhati-hati karena saat kejadian busur panah berterbangan, dan mereka pihak yang saat itu bentrok tidak mau di ambil gambar atau fotonya. Bila ketahuan ada yang mengambil gambar siapapun akan diserang oleh anak panah.
![]() |
(foto : istimewa) |
Sementara dilansir dari Cendrawasih Pos (Jawa Pos Group), bentrok antara dua kelompok masyarakat pendukung pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Intan Jaya. Selain menewaskan warga, bentrok ini juga mengakibatkan tiga rumah dibakar dan kantor KPUD Intan Jaya dirusak, Jumat (24/2).
Kapolda Papua Irjen Pol. Paulus Waterpauw membenarkan adanya bentrok antar dua kelompok warga pendukungan pasangan calon bupati dan wakil bupati di Kabupaten Intan Jaya.
Bentrok ini menurutnya, bermula dari adanya desakan dari salah satu kelompok pendukung pasangan calon yaitu pasangan nomor urut 2 Yulius Yapugau dan Yunus Kelabetme, agar KPUD Intan Jaya segera menggelar rapat pleno.
“Namun karena masih ada distrik yang belum selesai menginput data sehingga KPUD Intan Jaya belum bisa menggelar pleno. Hal ini sudah disampaikan ke warga dan mereka mau menerima sehingga dapat menenangkan diri. Tetapi diduga ada oknum warga yang memprovokasi sehingga masyarakat melakukan penyerangan ke kantor KPUD Intan Jaya,” jelas Kapolda Papua, Paulus Waterpauw, Jumat (24/2).
![]() |
(foto : istimewa) |
Waterpauw juga menyebutkan sekitar 500-an orang dari kelompok pendukung pasangan calon bupati dan wakil bupati nomor urut 2 menerobos ke dalam kantor KPUD Intan Jaya dan melakukan pengrusakan. Pihak keamanan saat itu sempat meminta pasangan calon untuk menenangkan massanya agar tidak anarkis. Namun tidak lama kemudian menurut Waterpauw muncul sekitar 500-an massa pendukung pasangan nomor urut 3 yang merupakan massa dari Petahana Natalis Tabuni.
Kedatangan kelompok massa pendukung pasangan calon Petahana ini menurut Waterpauw memancing kemarahan kelompok massa pendukung pasangan calon nomor urut 2 sehingga terjadi bentrok. “Anggota yang ada di sana berusaha menenangkan massa dan menyelematkan Ketua KPUD Intan Jaya dari dalam kantor KPUD yang dirusak massa,” tuturnya.
Sampai saat ini menurut Waterpauw, aparat keamanan dari Polsek Sugapa dibantu anggota TNI sudah dapat mengamankan situasi. Untuk memperkuat personel yang ada di Sugapa, pihaknya juga mengerahkan 81 personel Brimob yang disiagakan di Polres Nabire.
“Saat ini kami belum dapat informasi dari Kapolres karena jaringan komunikasi di sana kurang bagus. Kami baru dapat informasi dari Komnas HAM,” tambahnya. priyono
:
comment 0 komentar
more_vert