MITRAPOL.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku Tenggara menggelar kegiatan sosialisasi dan pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana) dengan sumber anggaran Direktorat Pemberdayaan Masyarakat, Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB Republik Indonesia yang pembukaannya dipusatkan di Aula Kantor Kementerian Agama Kabupaten Maluku Tenggara, Kamis 9 November 2017.
![]() |
Bupati Maluku Tenggara Anderias Rentanubun dalam sambutan yang dibacakan Wakil Bupati Malra mengatakan bahwa berdasarkan indeks risiko bencana Indonesia Tahun 2013 oleh BNPB bahwa Kabupaten Malra termasuk kategori Kelas Risiko Bencana Tinggi dengan skor 179. Hal ini menunjukan bahwa Daerah Maluku Tenggara Rentan terhadap bencana.
Rentanubun menegaskan bahwa kelas risiko tersebut diperlukan upaya pengurangan risiko bencana (PRB) yang terintegrasi melalui pengelolaan lingkungan hidup yang dijadikan sebagai program prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019.
“Dengan demikian dijadikan sebagai arah dan kebijakan nasional untuk mengurangi risiko bencana serta meningkatkan ketangguhan Pemerinta, masyarakat serta Pemerintah Daerah dalam menghadapi bencana, terutama untuk mendukung Agenda Pembangunan Nawa Cita ke- 7 yakni mewujudkan Kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sector-sektor strategis ekonomi domestic,” ujarnya.
Rentanubun menambahkan, letak Kabupaten Maluku Tenggara berada pada jalur Ring of Five dan wilayah pertemuan tiga lempeng bumi yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik sehingga menyebabkan Maluku Tenggara sangat rentan terhadap ancaman bencana geologi seperti gempa bumi dan tsunami.
Saksikan Videonya Disini
“Maluku Tenggara sebagai salah satu daerah pusat budaya, sosial ekonomi di Provinsi Maluku yang memiliki tingkat kerawanan dan ancaman bencana yang cukup tinggi di Indonesia, baik bencana alam, bencana non alam maupun bencana social. Sudah sepatutnya Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara bersama pelaku usaha/swasta dan masyarakat di Daerah ini memiliki ketahanan dan kesiap siagaan mengantisipasi kemungkinan terjadi bencana,” pungkasnya.
Kegiatan sebagaimana dimaksud diatas dapat dilaksanakan pelatihan relawan dan simulasi dua titik yaitu Ohoidertawun dan Ohoililir yang dipandu Basarnas Maluku Tenggara dan Kota Tual.
Instruktur Basarnas Ahmad ketika dijumpai MITRAPOL.com mengatakan, skil dan pengetahuan merupakan syarat utama bagi seorang relawan dalam menghadapi evakuasi korban bencana, dan bagaimana menjadi seorang relawan sudah harus memahami tata cara melakukan evakuasi korban itu sendiri.
Dirinya juga menjelaskan bahwa pelatihan yang diberikan selama beberapa hari ini sudah cukup memahami sebagaimana nantinya sebentar akan dilaksanakan simulasi evakuasi korban bencana itu.
Ahmad juga berharap agar para relawan ini pada gilirannya akan menunjukan kemampuan dalam menghadapi situasi kebencanaan terutama bagaimana cara dan bentuk melakukan evakuasi korban bencana.
Sementara Djaliha Tukloy Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Maluku Tenggara mengatakan kegiatan seperti ini sudah harus dilakukan agar dapat meemberikan pembelajaran teknis kepada pelaku penanggulangan bencana di Daerah ini teristimewa di Ohoi-Ohoi se-Kabupaten Maluku Tenggara.
“Bahwa pelatihan serta rekruitmen tenaga sukarela sangat diperlukan agar dapat melakukan tugas kemanusian penanggulangan bencana,” tandasnya.
Reporter : nor safsaf
:
comment 0 komentar
more_vert